1.
Pengertian
EHR
Rekam
Kesehatan Elektronik atau Electronic Health Record sering disingkat EHR. EHR merupakan
kegiatan mengkomputerisasikan isi rekam kesehatan dan proses yang berhubungan
dengannya. Pada awalnya rekam kesehatan di Indonesia masih dikenal dengan
istilah rekam medis yang sampai saat inipun sebagian rumah sakit di Indonesia
masih menggunakan istilah yang sama. Rekam Medis adalah “Himpunan fakta tentang
kehidupan seorang pasien dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit,
pengobatan saat ini dan lampau yang ditulis oleh para praktisi kesehatan dalam
upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien”. (Huffman, 1999)
Rekam
medis yang memuat informasi evaluasi keadaan fisik dan riwayat penyakit pasien
amat penting dalam perencanaan dan koordinasi pelayanan pasien, bagi evaluasi
lanjut serta menjamin kontinuitas pelayanan yang diberikan. Oleh karena itu
kelengkapan, keakuratan dan ketepatan waktu pengisian harus diupayakan dalam
organisasi kesehatan karena amat penting bagi kelayakan tindakan pelayanan dan
rujukan.
EHR
merupakan sistem informasi yang memiliki framework lebih luas dan memenuhi satu
set fungsi, menurut Amatayakul Magret K dalam bukunya Electronic Health
Records: A Practical, Guide for Professionals and Organizations harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Mengintegrasikan
data dari berbagai sumber (Integrated data from multiple source)
2. Mengumpulkan
data pada titik pelayanan (Capture data at the point of care)
3. Mendukung
pemberi pelayanan dalam pengambilan keputusan (Support caregiver decision
making).
WHO
menjelaskan bahwa EHR idealnya harus mampu:
1. Mengumpulkan
data klinis, administrasi dan keuangan pada saat titik;
2. Pertukaran
data lebih mudah antara profesional kesehatan untuk memfasilitasi perawatan
berkelanjutan;
3. Mengukur
peningkatan dan kesehatan klinis hasil, membandingkan hasil benchmark terhadap
resiko dan memfasilitasi penelitian dan uji klinis;
4. Menyediakan
data statistik yang berharga pada waktu yang tepat dan efisien untuk kesehatan
masyarakat dan pemerintah kementerian (pelaporan seperti data kesehatan adalah
penting dalam deteksi dan pemantauan wabah penyakit, serta menyediakan
statistik bermakna dan akurat untuk mengukur status kesehatan penduduk; dan
manajemen Dukungan dalam pelaporan administrasi dan keuangan dan proses
lainnya.her processes.
2.
Manfaat HER
Menurut Register Nurse Association Of Ontorio (RNAO)
penggunaan teknologi komputer dan informasi digunakan untuk mendukung
dokumenasi atau catatan kesehatan secara elektronik. Untuk tenaga kesehatan
termasuk perawat penggunaan teknologi computer menyediakan akses secara cepat
yang menjadi informasi penting tentang kesehatan atau penyakit dari seorang
individu (klien). Bagi klien tentu tidak lagi harus mengulang beberapa kali
informasi kesehatan atau riwayat kesehatan baik dari tenaga kesehatan satu
maupun tenaga kesehatan berikutnya.
Penggunaan sistem komputer dalam keperawatan kesehatan
meningkatkan kualitas, keamanan, dan konsistensi perawatan klien, dengan akses
cepat dan mudah ke informasi klinis yang berhubungan dengan kesehatan individu.
sistem ini menyediakan informasi dan sumber terbaik pada praktek klinis dan
merupakan suatu alat yang secara cepat masuk dengan semua anggota tim kesehatan
termasuk perawat. Perawat dapat mengakses informasi dari petugas kesehatan lain
untuk memberikan perawatan berkualitas.
Dalam melakukan pengkajian literatur
mengenai catatan elektronik (EHR) digunakan dengan pendekatan dari beberapa
jurnal atau artikel yang
terkait, yaitu
Development and Testing of a Survey Instrument to Measure Benefits of a Nursing
Information System ( Abdrbo, et al, 2011) menjelaskan bahwa ada beberapa
studi yang telah menyelidiki manfaat sistem informasi dalam keperawatan,
yaitu:
a. Manfaat
Terkait dengan Kualitas Pelayanan.
Manfaat yang berkaitan dengan kualitas pelayanan dari
menggunakan sistem informasi adalah perbaikan yang berkaitan dengan
aksesibilitas, ketepatan waktu, dan kelengkapan informasi pasien yang
meningkatkan efektivitas perawatan. Cara bahwa kualitas pelayanan
ditingkatkan dari penggunaan sistem informasi dapat dinilai dengan
melihat aspek-aspek yang mempengaruhi perawatan pasien seperti perbaikan
terkait dengan mengakses informasi pasien; memperoleh informasi pasien
yang lebih cepat dan lengkap, memperoleh informasi yang lebih seragam
tentang pasien, dan pengolahan penerimaan pasien lebih efisien.
b. Manfaat
Terkait Efisiensi Waktu.
Menghemat waktu
dan efisiensi adalah produksi hasil yang diinginkan.
c. Manfaat
Terkait Komunikasi dan Dokumentasi.
Komunikasi dan dokumentasi merupakan sarana untuk
bertukar data dan informasi . Sistem Informasi dapat memfasilitasi
komunikasi antara perawat, dokter, dan anggota tim kesehatan lainnya dan
meningkatkan hasil pasien. Selain itu, penggunaan sistem informasi akan
menjamin kelengkapan dokumentasi perawatan pasien, memfasilitasi evaluasi hasil
perawatan pasien, dan meningkatkan keselamatan pasien.
Item yang dipilih dan diadaptasi untuk penggunaan sistem
informasi termasuk yang berurusan dengan perbaikan yang berkaitan dengan
kepatuhan terhadap standar dokumentasi keperawatan, mencatat konsistensi
dengan rencana perawatan, ketersediaan grafik, dan komunikasi ditingkatkan
antara staf keperawatan, antara perawat dan pasien, dan dengan perawat
lain dan anggota tim kesehatan lainnya.
d. Manfaat
Terkait dengan Praktek Profesional.
Praktek profesional terdiri dari kegiatan dan kualifikasi
yang khusus untuk profesi tertentu. Menggunakan sistem informasi telah
dilaporkan bermanfaat bagi perawat praktek profesional. Penggunaan sistem
informasi telah meningkat otonomi perawat, rasa profesionalisme, dan
accountability.
Selain itu,
manfaat yang tidak langsung berhubungan dengan praktek profesional telah
dilaporkan dalam literatur, seperti peningkatan pengambilan keputusan dan
pasien safety. Masih manfaat lainnya telah diidentifikasi, termasuk peningkatan
rasa tanggung jawab dan pekerjaan perawat.
3.
Hal yang yang harus diperhatikan pada
penggunaan EHR
Hal penting yang harus diperhatikan
untuk menggunakan EHR adalah:
1. Dukungan
hardware dan software sudah siap.
2. Semua
operator pengguna alat ini telah terlatih, baik dalam penggunaannya maupun
dalam akses penggunaannya itu sendiri.
3. Tersedia
infrastruktur dan furnitur yang sesuai (sumber listrik, kabel, meja-kursi
komputer).
4. Prosedur
pengamanan harus diatur dan ditetapkan untuk menghindari penyalahgunaan
penggunaan alat ini, misalnya untuk main games atau fungsi non rekam medis
lainnya. Disamping itu juga untuk melindungi komputer dari virus.
5. Petugas
atau pihak yang berwenang diberi kata sandi (password) yang diganti secara periodik untuk mencegah penggunaan
EMR oleh orang yang tidak berwenang.
Menurut
Johan Harlan, komponen fungsional EHR, meliputi:
1. Data
pasien terintegrasi
2. Dukungan
keputusan klinik
3. Pemasukan
perintah klinikus
4. Akses
terhadap sumber pengetahuan
5. Dukungan
komunikasi terpadu
Salah
satu aspek yang paling sulit dalam menerapkan EHR adalah pada tahapan
implementasi. Ada beberapa alternatif implementasi yaitu:
1. Implementasi
seluruh fungsi di semua unit (instalasi) pada saat yang sama secara menyeluruh
di rumah sakit,
2. Implementasi
seluruh fungsi pada satu unit (instalasi). Jika di lokasi tersebut sudah
stabil, kemudian dilanjutkan ke seluruh lokasi lain pada saat yang sama,
3. Implementasi
fungsi-fungsi terbatas pada seluruh unit (instalasi), misalnya permintaan tes
laboratorium secara elektronik. Jika fungsi ini sudah menjadi bagian dari
kegiatan klinik secara rutin, kemudian menerapkan lebih banyak fungsi lagi,
4. Kombinasi
dari pendekatan-pendekatan di atas, misalnya menerapkan fungsi terbatas pada
satu lokasi. Jika fungsi tersebut sudah stabil, kemudian memperluas berbagai
fungsi pada lokasi tersebut dan kemudian diperluas ke berbagai unit di seluruh
rumah sakit.
4.
keuntungan dan kelemahan penggunaan EHR
Keuntungan yang dapat diperoleh
dengan HER dalam penerapanya yaitu:
1. Pencegahan adverse
event.
2. Memberikan
respon cepat segera setelah terjadinya adverse event.
3. Melacak
serta menyediakan umpan balik mengenai adverse event.
4. Mempermudah dan mempercepat akses
informasi.
5. Memberikan adanya data cadangan atau
duplikat yang dapat digunakan apabila terjadi kerusakan atau kehilangan data.
6. Memproses transaksi dalam jumlah
besar dan sulit secara cepat.
7. Memungkinkan siap mengakses secara
cepat untuk beragam sumber profesional
8. Memungkinkan mengakses secara lebih
canggih dan dapat melihat rancang yang sesuai dengan kehendak (customization).
9. Pencegahan adverse event
10. Memberikan respon cepat segera
setelah terjadinya adverse event
11. Melacak serta menyediakan umpan
balik mengenai adverse event
12. Memberikan peringatan dan
kewaspadaan klinik (clinical alerts and reminders), hubungan dengan
sumber pengetahuan untuk menunjang keputusan layanan-kesehatan (health care
decision support) dan analisis data agregat (Johan Harlan).
13. EHR juga dapat memungkinkan
terselenggaranya komunikasi silang yang semakin kompleks antara sesama tenaga
kesehatan dengan berbagai pihak yang sama-sama memberikan pelayanan kepada
pasien di sarana pelayanan kesehatan
14. EHR dapat digunakan sebagai salah
satu masukan penting dalam mengukur keberhasilan program kesehatan di
instansi pelayanan yang ada (Menkes RI, 2005).
Kelemahan
yang dapat diperoleh dengan HER dalam penerapanya yaitu:
1. Membutuhkan
investasi awal yang lebih besar daripada rekam medis kertas, untuk perangkat
keras, perangkat lunak dan biaya penunjang
2. Waktu
yang diperlukan oleh key person dan dokter untuk mempelajari sistem dan
merancang ulang alur kerja.
3. Konversi
rekam medis kertas ke EHR membutuhkan waktu, sumber daya, tekad dan
kepemimpinan
4. Risiko
kegagalan sistem komputer
5. Masalah
pemasukan data oleh dokter
6. Analisis
data agregat
Beberapa
permasalahan yang akan muncul pada sistem EHR, yaitu:
1. Pemasukan
data (data entry), meliputi: pengambilan data (data capture), input data,
pencegahan error, data entry oleh dokter,
2. Tampilan
data (data display), meliputi: flowsheet data pasien, Ringkasan dan
abstrak,turnaround documents, tampilan dinamik,
3. Sistem
kuiri (tanya; query) dan surveilans, meliputi pelayanan klinik, penelitian
klinik, studi retrospektif dan administrasi.
Faktor
yang mendukung adopsi EHR di saryankes:
1. Perubahan
ekonomi kesehatan dengan adanya trend untuk melakukan penghematan,
2. Peningkatan
komputer literacy dalam populasi umum, termasuk generasi baru klinikus,
3. Perubahan
kebijakan pemerintah,
4. Peningkatan
dukungan terhadap komputasi klinik.
Faktor-faktor
yang menghambat adopsi EHR:
1.
Pihak Manajemen RS
a. Ketidakmatangan
teknologi, termasuk disparitas antara tingkat pertumbuhan kapasitas perangkat
keras dengan tingkat produktivitas pengembangan perangkat lunak
b. Butuh
modal awal untuk investasi
c. Penyelesaian
dan instalasi perangkat lunak seringkali terlambat dari yang direncanakan
d. Perbaikan
untuk implementasi butuh tambahan biaya besar dan waktu yang lama
e. Permasalahan
pada pengembangan perangkat lunak meningkatkan resistensi lokal dan menurunkan
produktivitas klininikus.
2.
Pihak Klinikus
a. Aplikasi
tidak ramah pada pengguna,
b. Fokus
utama administrator kesehatan tertuju pada sistem keuangan,
c. Membutuhkan
waktu yang lama untuk penanganan pasien khususnya dalam pengisian data
d. Sistem
EHR meningkatkan dokter menyelesaikan pengumpulan informasi secara intensif,
tetapi sulit memfokuskan perhatian pada aspek komunikasi lain dengan pasien,
e. EHR
memerlukan terlalu banyak langkah untu menyelesaikan tugas sederhana,
f. EHR
tidak efektif mengakomodasi dengan masalah berganda,
g. Dekstop
di ruang periksa mengganggu arah posisi duduk dokter dan pasien,
h. Keamanan
desktop di ruang periksa tidak terjamin jika pengunjung membawa anak-anak yang
sangat aktif.
Berdasarkan
beberapa hal yang diketahui dalam implementasi EHR, maka diperlukan standar EHR
untuk meningkatkan kualitas dan pengembangan kebijakan kesehatan, yaitu:
1. Mengurangi
biaya pengembangan,
2. Meningkatkan
keterpaduan data,
3. Memfasilitasi
pengumpulan data agregat yang bermakna.
5.
Peran perawat
dalam penerapan EHR
a.
Advokat
Peran advokasi mengharuskan perawat
bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan
terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh pasien. Peran perawat sebagai
advokasi mengharuskan perawat untuk dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga
dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan (Kusnanto, 2004).Peran perawat
sebagai advokat pasien pada dasarnya adalah memberi informasi dan memberi
bantuan kepada pasien atas keputusan apa pun yang dibuat pasien (Kohnke, 1982;
Lih Megan, 1991 dalam Priharjo, 2008). EHR adalah kegiatan mengkomputerisasikan
isi rekam kesehatan dan proses yang berhubungan dengannya. Pasien barhak
mendapatkan informasi mengenai status kesehatannya, menyetujui atau memberikan
izin persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh perawat atau tindakan medik
sehubungan dengan penyakit yang dideritanya (informed consent), hak menolak
tindakan yang hendak terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan
atas tanggung jawab sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya
dan yang terpenting dalam penggunaan EHR ini adalah pasien memiliki hak untuk
mengetahui isi rekam medik. Sehingga peran perawat sebagai advokat ini sangat
penting untuk diperhatikan dan dijalankan agar hak-hak pasien dapat terpenuhi.
b.
edukator
Perawat memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien. Perawat membantu pasien untuk meningkatkan
kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan
tindakan medis yang diterima sehingga pasien atau keluarga dapat menerima
tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya (Kusnanto, 2004). Memalui
penggunaan teknologi EHR, diharapkan perawat akan sangat mudah untuk menilai
status kesehatan klien, menentukan tindakan yang akan dilakukan, dan melakukan
berbagai upaya pemulihan kesehatan melalui pendidikan kesehatan.
c.
collaborator
Perawat bekerjasama dengan tim
kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan
keperawatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan pasien(Kusnanto,
2004). Penggunaan EHR sebagai media pendokumentasian keperawatan akan membantu
perawat berkolaborasi dengan tim kesehatan yang lain dan juga dengan pasien
beserta keluarganya sehingga apa yang menjadi kebutuhan pasien akan cepat
terpenuhi.
d.
care
giver
Perawat dapat memberikan pelayanan secara langsung dan tidak
langsung kepada pasien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi: pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil
analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi
masalah yang muncul dan membuat langkah/cara pemecahan masalah, melaksanakan
tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun, dan melakukan
evaluasi berdasarkan respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan(Kusnanto, 2004).Pemberi asuhan memberikan bantuan bagi klien dan
keluarga dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut dengan
menggunakan energi dan waktu yang minimal (Potter & Perry, 2005). EHR akan
membantu perawat dalam melakukan proses keperawatan yang akan didokumentasikan
ke dalam komputer sehingga energi dan waktu yang digunakan menjadi minimal.